Rumah Melayu adalah rumah kayu atau rumah kampung berbentuk panggung. Bahan untuk membuat rumah ini dulu semuanya diambil dari sumber alam yakni pelbagai jenis kayu, buluh, rotan dan daun-daun pelepah.
Kerangka atau struktur rumah menggunakan sistem tebuk-tembus dan pasak yang tidak memerlukan paku. Namun, sekarang setelah direnovasi sebagian besar sudah menggunakan paku dan campuran material lainnya.
Budaya Rumah Melayu
Pengaruh Kerajaan Melayu sangat kentara di berbagai pelosok Nusantara terutama di Pulau Sumatra di kawasan Sungai Batang Hari Jambi dan Sungai Siak di Pekanbaru. Pemakaian istilah Melayu pun meluas hingga ke luar Sumatra setelah Kerajaan Melayu ditaklukkan dan menjadi bawahan Kerjaan Sriwijaya dan berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan dan Semenanjung Malaya mengikuti teritorial imperium Sriwijaya.
Pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu akhirnya menggantikan Bahasa Sanskerta.
Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Dharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka.
Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, dan Kesultanan Siak. Bahkan kerajaan Karo Aru pun memiliki raja dengan gelar Melayu.
Kedatangan Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Peninggalan Kerajaan Melayu
Peninggalan Kerajaan Melayu yang masih tersisa dan sering kita lihat di kota-kota perdagangan seperti di Pekanbaru adalah Rumah Melayu. Rumah melayu ini memiliki ciri khas yang terbuat dari kayu dan papan berkualitas berupa rumah panggung. Kayu pilihan sebagai material pembuatan rumah melayu terbukti dari usia rumah yang sudah ratusan tahun, tetapi masih tetap berdiri utuh.
Dalam masyarakat Melayu tradisional, rumah merupakan bangunan utuh yang dapat dijadikan tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat melakukan adat, tempat berlindung bagi siapa saja yang memerlukan. Oleh sebab itu, rumah Melayu tradisional umumya berukuran besar dan selalu berbentuk panggung atau rumah berkolong, dengan menghadap ke arah matahari terbit.
Beberapa rumah Melayu yang masih terpelihara sampai saat ini berada di Pekanbaru. Dua rumah melayu yaitu Rumah Singgah Sultan Siak milik Tuan Kadhi dan Rumah Melayu 1929 milik keluarga pak Sayuti yang kelihatan unik dan antik, terus dirawat dan dipertahankan keberadaannya sebagai peninggalan sejarah yang kini semakin langka.
Rumah Melayu yang Semakin Unik dan Langka