Green steel, juga dikenal sebagai baja hijau, adalah metode produksi baja modern dan ramah lingkungan. Dalam produksi baja hijau, bahan yang digunakan tidak berasal dari batu bara atau bahan bakar fosil, tetapi mengandalkan hidrogen dalam produksinya. Pengusaha baja Liwa Supriyanti mengatakan bahwa green steel akan menjadi sebuah tren di tahun 2022 dan masa depan.
Perspektif Liwa Gunung Prisma
Petunjuk untuk terobosan metode dan produksi percobaan juga mengarah ke sana. Konsumen dan pengusaha di seluruh dunia meningkatkan kesadaran tentang transisi ke ke lingkungan, sosial dan tata kelola atau Environmental, Social, and Governance (ESG). Hal itu telah diungkapkan oleh wanita yang merupakan direktur perusahaan baja Gunung Prisma itu. Hal itu diungkapkan wanita yang merupakan direktur perusahaan baja Gunung Prisma itu.
Oleh karena itu, metode untuk pembuatan baja menggunakan hidrogen atau green steel mutlak sangat diperlukan, meskipun biaya produksi tetap tinggi. Namun, harga hidrogen telah diperkirakan akan turun setengahnya dalam 10 tahun ke depan karena biaya pembangkitan listrik dari tenaga surya dan angin turun.
Selain itu, biaya bahan bakar fosil yang digunakan pada saat ini akan meningkat dikarenakan banyak faktor yang tidak dianjurkan akibat pencemaran lingkungan. “Green commitment Gunung Prisma telah menjadi dasar untuk memasok baja sebagai bahan baku,” kata Liwa Supriyanti di situs resminya.
Liwa Supriyanti telah memiliki pengalaman 20 tahun di industri baja sebagai direktur sebuah perusahaan internasional (telah bekerja dengan 25 perusahaan Asia). Liwa Gunung Prisma telah terlibat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan dan upaya untuk mengubah bahan bakar fosil menjadi baja hijau ramah lingkungan di masa depan.
Di situs web World Economic Forum pada tanggal 18 Maret 2022 yang menjelaskan bagaimana konsumen juga mempromosikan keberlanjutan, dalam laporan global oleh The Economist Intelligence Unit, yang ditugaskan oleh WWF, bahwa pencarian online telah meningkat secara signifikan dengan peningkatan sebanyak 71% untuk barang tahan lama selama 5 tahun terakhir.
Dengan istilah “eco-wakening” tidak hanya untuk konsumen di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi juga di negara-negara berkembang dan ekonomi berkembang, seperti Indonesia, adalah fenomena yang terjadi 24-120% di Ekuador.
Upaya transformasi tersebut dicapai dengan memperketat emisi karbon, salah satunya dengan pengenalan pajak atau carbon tax, agar produsen memikirkan penggunaannya. Di tingkat nasional, Presiden Joko Widodo telah menandatangani The Economic Value of Carbon yang menetapkan bahwa perusahaan yang melebihi batas ini harus membayar 30.000 rupee ($2,09) per ton CO2e ke pembangkit listrik tenaga batu bara, pada tahap pertama implementasi.
Lulusan Universitas Parahyangan Bandung ini menambahkan yang dimana dengan tujuan untuk menciptakan industri yang berkelanjutan, pihaknya akan terus membangun hubungan yang dilandasi saling mendukung dan sejalan dengan visi utama Gunung Prisma yaitu mendukung pelestarian lingkungan.
Layaknya gayung bersambut, banyak industri yang mengevaluasi sistem produksi untuk memastikan pengurangan besar-besaran dalam emisi karbon untuk mencapai nol karbon dengan cepat.
Dimulai dengan industri otomotif, di mana Toyota telah menetapkan pengurangan jejak karbon 3% untuk pemasok komponen, dan Volkswagen bermaksud untuk memastikan bahwa semua pabriknya di Eropa hanya menggunakan energi terbarukan pada tahun 2023.
Metode green steel dianggap sebagai solusi dan investasi yang dilakukan oleh banyak kontraktor baja di seluruh dunia, karena dengan program perlindungan lingkungan yang baik akan memberikan peningkatan kinerja di seluruh proses rantai pasokan.
Selain berdampak positif terhadap lingkungan, metode baja hijau juga berdampak pada taraf hidup masyarakat global dan Indonesia.
Perspektif Keberlanjutan Lingkungan Dari Sudut Pandang Liwa Gunung Prisma